Menguak Tabir Kematian Siti Yati

0
234
Foto Ibu Siti Yati Sebelum Wafat
Foto Ditemukan Mayat Ibu Siti Yati
Foto Ibu Siti Yati Bersama Suaminya

www.suaralintas.com || Kendati sudah  tujuh  tahun terlewati  sejak kematian siti yati, yakni 5 Mei 2017 salah seorang warga Kampung Sidoharjo Kelurahan Cepu kecamatan cepu kabupaten Blora, namun hingga sekarang  kematiannya itu masih merupakan teka-teki, khususnya  bagi pihak keluarga yang ditinggalkan, maupun warga terdekat. Sebab mereka  masih bersikukuh  dan meyakini  jika  almarhumah meninggal  bukan lantaran kematian yang sewajarnya. Sebagaimana  diberitakan Majalah Lintas pada  Edisi 113, 118 dan 121 bahwa, sejumlah warga Kampung Sidoarjo Cepu Kabupaten Blora masih memperbincangkan kematian salah seorang warganya yang bernama Siti Yati. Kematian Ibu Siti Yati dianggap misterius yang diliputi teka-teki. Meskipun ada sebagian warga yang mengatakan bahwa Ibu Siti Yati  meninggal akibat terjatuh. Namun pendapat itu ditepis oleh keraguan dari posisi tubuh mayat, sebab jika terjatuh mengapa tidak tergeletak di lantai, dan mengapa pula tubuh mayat dalam posisi tengkurap di atas bak bibir kamar mandi yang airnya tinggal sedikit.

Selain itu, ada pula warga yang menduga dan mengatakan  dengan terang-terangan melalui ponsel SMS ke pihak keluarga dan Wartawan Lintas, jika  kematian Ibu Siti yati itu  ada indikasi kuat andilnya pihak atau orang lain sebagai  penyebabnya, yakni ada dugaan dibunuh. Pernyataan itu disertai alasan-alasan  kuat dan bukti-bukti  pendukung.

Kesimpangsiuran itu membuat warga  setempat dan pihak keluarga bertambah penasaran, apalagi mayat Ibu Siti Yati ditemukan dalam kondisi yang sudah berbau, dan  barang-barang seisi rumah  baik berupa pakaian, meja- kursi maupun lain-lainnya berantakan tidak karuan, tercecer berserakan di lantai. Seperti ada tangan jahil yang sengaja mengacak-acak dan memporak-porandakan untuk mencari sesuatu .  Tentu perbuatan itu, tidak mungkin dilakukan oleh ibu Siti Yati, pasti orang lain.

“Itu tidak mungkin  Mak yati sampai mengacak-acak barang-barangnya sendiri, dan saya tahu persis dia. Apalagi sewaktu  saya bersihkan, semua barang dagangannya berupa rokok  dan uang miliknya sekitar  Rp 500 ribu serta perhiasannya hilang, tak ada semua,  ini pasti diambil orang.  Sebab   dia sering mengatakan pada saya jika dia memiliki barang-barang tersebut “, tutur Put  tetangga sebelah rumah .

“Waktu saya mengangkat jenazahnya di bagian kepala seperti ada bekas pukulan dan di punggung seperti  ada bekas tendangan kaki seseorang,  jadi ada kemungkinan mak Yati itu dibunuh oleh orang yang ingin mengambil barang-barangnya . Mungkin , karena mak Yati mengenal   pelakunya, maka orang tersebut berusaha menghabisinya “, tambah Put dengan nada meyakinkan.

Pernyataan salah seorang warga yang berinisial Put tersebut, tentu   bisa diterima nalar, karena  jika  mayat itu mati sewajarnya  biasanya proses penyebaran bau busuk tidak secepat bila dibandingkan dengan mayat yang meninggal  karena dalam keadaan luka. Padahal bau busuk itu sudah tercium sekitar  2 hari sebelum mayat ditemukan.

Kronologi kejadian

Sejumlah  keterangan  dilapangan yang berhasil dikumpulkan Tim Koresponden Lintas menjelaskan, bahwa setelah  warga setempat mencium bau busuk yang semakin menyengat, maka sejumlah warga sekitar pukul  20.00 WIB  minggu malam 7 mei 2017 memutuskan untuk  melihat wujud yang sebenarnya dari  bau tersebut  lewat  ventilasi dan jendela rumah Ibu Siti Yati.  Warga menjadi terkejut begitu mengetahui  itu bukan bau bangkai tikus, sebab semula warga  mengira itu bau bangkai tikus.

 Lantas salah seorang warga yang bernama Put mengabari  sanak keluarga dan anak Ibu Siti yati yang berdomisili di dukuh Bandar desa Batokan kecamatan Kasiman Bojonegoro . Mendengar kabar tersebut, kontan pihak keluarga   terkejut,  hampir tidak percaya, sebab  beberapa hari sebelum kejadian, mereka (keluarga)   baik  anak maupun cucu mengunjungi  ibu Siti Yati dalam kondisi sehat, tidak ada tanda-tanda  menunjukan sakit. Tak pelak,  pihak keluarga  pun langsung bergegas menuju ke tempat kejadian.

Tiga hari sebelum ditemukan jenazah Ibu Siti Yati yakni Kamis sore, dia masih aktif mengikuti jama’ah tahlil (Yasinan) di salah seorang warga setempat, habis itu dia pulang ke rumah.

Sudah menjadi kebiasaan Ibu Siti Yati jika malam jumat selalu melakukan ritual hingga larut malam mendoakan suaminya  almarhum Bapak Pudjo yang sudah wafat  sejak 2010, tepatnya  Jumat Pon Pagi  5 Januari 2010. 

Begitu pula salah seorang tetangga sebelah rumah  bernama Fitri setiap Jumat pagi datang ke rumah almarhumah  dengan maksud  mengantar makanan. Namun kali ini dia kaget, rumah dalam keadaan  tertutup dan terkunci sedang lampu diluar masih menyala padahal biasanya rumah tidak terkunci dan lampu diluar juga sudah dimatikan. Fitri pun berusaha mengetuk pintu namun tidak merespon lantas dia pun balik .

Di Sabtu  pagi  Fitri datang lagi dan posisi rumah masih seperti semula terkunci.  Akhirnya  Fitri berprasangka jika  Almarhumah mungkin pergi ke Solo di tempat anaknya . Sebab sebelumnya  pernah bercerita jika mau ke tempat anaknya Solo  agak lama.

“Tak kira pergi ke anaknya Solo, karena pernah crita mau ikut anak nya lagi di Solo “, ujar Fitri.

“Setiap jumat pagi saya selalu dapat jatah makanan dari mak yati, makanya saya selalu ke rumahnya setiap jumat pagi”, tambah Fitri dengan nada sedih.

Akhirnya  sejumlah warga  bersama petugas  Polisi Sektor Cepu , berusaha mengeluarkan jenazah ibu Siti Yati dengan menjebol pintu. Tubuh jenazah sudah membengkak dan  kaku.

Sekitar pukul.  23.00 WIB proses penataan jenazah baru selesai . Hingga senin pagi sekitar pukul. 10.00. WIB. 8 Mei 2017 dilangsungkan pemakaman jenazah di  Tempat Pemakaman Umum  di dukuh Bandar Batokan Kasiman Bojonegoro, yang berdampingan dengan makam almarhum suaminya Pudjo. 

Letak rumah Ibu siti yati menghadap ke utara, depan rumah pas digunakan sebagai jalan oleh warga yang mau ke sungai bengawan solo. Selain itu juga digunakan lewat  oleh warga sebelah timur rumah Ibu Siti Yati.  

Sebelah timur  rumah Ibu Siti yati cuma ada satu rumah, sebab sebelahnya sudah Sungai  Bengawan Solo. Utara rumah atau depan rumah  Ibu Siti Yati adalah rumah tetangga  bagian belakang, jadi tidak berhadap-hadapan dengan rumah Ibu Siti yati .  Sebelah selatan berbatas tembok dengan rumah warga, sedang sebelah  barat berderet rumah warga  dan ada gang (jalan kecil) yang biasa dilewati  Ibu Siti Yati ketika mau berjualan maupun keluar rumah. Jadi sebelah selatan , utara dan barat berdempetan dengan rumah –rumah warga.

Cuplikan Kecil Kehidupan Almarhumah

Almahumah Ibu Siti Yati berusia 74 Tahun, dia bukanlah orang yang berlimpah harta, dia hanyalah sosok perempuan tua yang kesehariannya hidup didera kekurangan. Namun meski demikian, tidaklah menjadi  rintangan baginya untuk tetap berusaha menggapai kehidupan. Kondisi itu sudah  dijalani sejak dan sebelum suaminya wafat. Meski  di usia tua ini,  dan hidup seorang diri di rumah yang sempit dan pengap, namun dia tetap gigih berjuang bekerja tanpa kenal putus asa, hanya sekedar  untuk bisa mengisi tangisnya kelaparan dunia. Hanya berjualan rokok eceran di pinggir jalan, depan salah satu toko di pasar cepu, itulah yang hanya bisa dikerjakan almarhumah, hingga sore hari. Setiap selesai berjualan , semua rokok dagangannya dibawa pulang dan rak (tempat rokok) dititipkan di toko tersebut, karena pemilik toko dan karyawan toko merasa kasihan jika rak tersebut harus di bawa pulang, sebab terlalu berat.

Namun sungguh sangat memprihatinkan jika di usia senjanya masih ada orang yang tega memperlakukannya tidak manusiawi. Lagi pula almarhumah meski hidup serba kekurangan  namun dia dikenal oleh warganya sebagai sosok yang  sangat baik, dan tidak pernah berselisih atau berseteru apa lagi bertengkar. Hingga saat meninggalnya,  banyak warga yang menaruh iba dan merasa kehilangan. Apalagi jika lantaran kematiannya faktor pembunuhan tentu pihak keluarga atau warga  berharap agar pelakunya cepat terungkap. Alasan  itulah yang mendorong Tim jurnalis Lintas berusaha melacak dan mencari kebenaran serta membongkar teka-teki dibalik kematian  Siti Yati.  

Oleh : Tim Redaksi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini