PERANG – PERANGAN MELAWAN TERORIS

0
202

AS TERORIS — ISLAM JIHAD (Bagian :3)

Oleh : Ngar Ghibran

“Diwajibkan atas kalian berperang,  meski berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal dia amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu padahal dia amat buruk bagi kalian. Alloh mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui.” ( Al-Baqarah :216)

Pemahaman  AS yang salah dalam memahami gerakan kalangan muslim progresif cenderung bersikap negatif dan subyektif, menuduh Islam sebagai suatu  agama kejam identik dengan teror dan kekerasan.Tentu sangat salah besar jika pihak barat men generalisasikan Islam identik dengan teror dan kekerasan.

Tindakan demikian itu sungguh  sangat menyakitkan hati sejumlah kaum Muslim, sebab di dalam Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidupnya  tidak ditemukan istilah kata teroris, tetapi  yang ada hanyalah kata  JIHAD.  Dan kaum muslim meyakini jika apa yang diperjuangkan adalah JIHAD di jalan Alloh. Hal itu sebagai reaksi atas ketidak- adilan yang menimpa  kaumnya. Sedang Sebutan Teroris hanya  pantas disandang AS dan sekutunya, atau pihak manapun yang mendukung AS memerangi kaum Muslim .

Perlu dipahami bahwa gerakan jihad  kaum muslim dipenjuru dunia itu merupakan bentuk protes terhadap tirani, dimana kaum muslim melampiaskan ketidak berdayaan mereka terhadap ketidak- adilan yang menimpa saudaranya, sedangkan  pihak lain atau negara-negara di dunia hanya diam bahkan malah membantu AS menyalahkan dan memeranginya. Inilah sumber atau faktor penyebab gerakan kaum muslim melawan AS dan sekutunya.

Sebagaimana diungkapkan Gamal Abdul Naser, “ Bahwa setiap muslim dimana pun berada adalah sebagian dari diri kita sendiri, demikian pula penderitaan bangsa Arab adalah penderitaan kita, dan luka-luka rakyat Palestina sesungguhnya menyakiti kita”.

Umat Islam  menyadari bahwa prinsip Islam adalah menentang berbagai bentuk diskriminasi  dan menempatkan seluruh masyarakat dunia sebagai satu kesatuan dan satu saudara,  tak peduli mereka itu  tidak memeluk agama Islam.  Sebab dalam bidang ketatanegaraan Islam mengajarkan adanya prinsip keadilan (al-adalah) dalam arti seluas-luasnya. Maka segala bentuk eksploitasi atas manusia harus diberantas agar tidak terjadi  dominasi dan ketimpangan.

Menyangkut prinsip keadilan inilah kaum muslim melihat adanya ketidak-adilan disegala bidang yang dilakukan oleh pihak Barat dalam hal ini AS, Israel dan sekutunya  terhadap kaum muslim. Lebih parah lagi pihak barat melakukan proses peracunan Barat atas umat Islam sehingga umat Islam mengalami penyakit “westomenia” yang menganggap Barat adalah segala-galanya,  Dalam bidang sosial, politik dan ekonomi pihak barat dapat memaksakan kemauan politiknya terhadap Negara-negara lain termasuk Negara Islam.  Sehingga  UMAT  ISLAM YANG TERJAJAH INI TAK MAMPU DAN TAK SEMPAT BERPIKIR DAN MENGHAYATI AJARAN AGAMANYA SECARA KOMPREHENSIF.

Melihat situasi demikian itu, wajar jika kalangan muslim progresif yang memiliki sifat kepedulian  melakukan tindakan perlawanan terhadap apa yang dilakukan pihak Barat atas dasar alasan perintah Agama, sebagaimana firman Allah : “  Surat Al-Baqarah ayat 190 “Peranglah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, janganlah kamu melampaui batas karena sesungguhnya  Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.

Persoalan ini juga dipertegas Allah dalam firman lainnya surat  At-Taubah ayat 29 menyebutkan “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar  yaitu orang-orang ahli kitab , sehingga mereka membayar jizyah  dengan patuh, sedang mereka  dalam keadaan tunduk. 

Perlu diperhatikan, bahwa Islam bukanlah agama yang identik dengan perang, namun jika diperangi dan ditindas maka Alloh mengharuskan melawannya , sebagaimana  firmannya “ Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.(QS. Al-Hajj ayat 39).

Disini sudah jelas bahwa jihad adalah bentuk perang  yang paling tepat melawan agresi pihak barat yang melakukan  penindasan terhadap umat Islam di wilayah manapun. Artinya jika ada pihak barat yang melakukan penindasan terhadap kelompok atau umat Islam maka telah menjadi tugas kaum muslim untuk membebaskan mereka dari belenggu penindasan yakni lewat perang dalam bentuk jihad.

Jadi gerakan kalangan muslim progresif tersebut memiliki  dasar legitimasi kuat dan dibenarkan agama Islam yakni bila ada  golongan lain yang bermaksud memerangi umat islam atau yang menghalangi dakwah islamiyah serta menindas atau menzalimi umat Islam, maka ajaran Islam mengharuskan umatnya untuk memerangi penindas-penindas tersebut. Hal ini juga ditegaskan pula oleh Allah dalam firmannya Qur’an Surat An-Nisaa ayat 75 “ Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Alloh dan membela orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa “Ya Tuhan kami keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau”.

Dalam hal ini  Kalangan Muslim progresif yang melakukan gerakan  jihad meyakini Al-Qur’an   sebagai basis ideologi nya ( oleh AS dan sekutunya disebut terorisme). Jihad untuk membela kebenaran  dan keadilan itu diyakini akan mendapat tempat terhormat dan mulia dalam Islam, bahkan secara psikologis mereka merasa terpanggil jiwanya,  karena melakukan jihad itu  terwujud sebuah kebahagiaan tersendiri seperti ada yang menjaga dan melindunginya sewaktu perang melawan kezaliman dan kekejaman  para penjajah maupun  penindas,  kendati harus mati sekalipun. Dan kematiannya dinilai sangat agung dan mulia serta terhormat.

Sebagaimana dijelaskan oleh Allah ,”“Diwajibkan atas kalian berperang,  meski berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci. Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal dia amat baik bagi kalian.Dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu padahal dia amat buruk bagi kalian.Alloh mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui. “( Al-Baqarah :216).

Setiap insan membutuhkan kedamaian, dan jika kedamain itu diinjak-injak  maka  harus diperjuangkan meski  dengan pilihan yang paling terburuk.  Perjuangan seperti apapun bentuknya pasti akan menghasilkan sosok pejuang, karena tugasnya adalah mulia menegakkan kebenaran, keadilan dan agama.Tentu, sebagai  umat yang menjunjung tinggi keadilan, kebenaran dan kedamaian apapun alasannya, tidak membenarkan adanya tindak kekerasan, termasuk kekerasan yang ditebarkan AS dan sekutunya terhadap umat Islam.

Menghadapi kekejaman dan  serangan-serangan gencar  dari  AS dan sekutunya hal itu tidak menyurutkan niat kalangan Muslim progresif  untuk tetap berjuang berjihad  sebagaimana yang telah diperintahkan agamanya yakni menumpas kesewenang-wenangan karena penindasan harus diakhiri dengan tanpa syarat.

Jelas Kalangan  Muslim progresif   ini telah membuktikan sebagai umat yang sangat komitmen terhadap sebuah perjuangan.  Di berbagai penjuru dunia kini mereka harus berjuang bergulat demi kebebasan yang lebih besar,  dan kehidupan yang lebih baik  tanpa pamrih apapun hanya semata- perjuangan karena panggilan Illahi.  Kalangan Muslim progresif yang melakukan gerakan jihad itu sadar benar bahwa propaganda AS  telah meracuni pemimpin di negara-negara dunia,  karena itu mereka kini dijadikan musuh  di negaranya sendiri.

Maka wajar jika kalangan muslim progresif memilih caranya tersendiri yang diyakini mampu melawan arogansi AS dan sekutunya,  yakni bersatu di bawah  bendera panji-panji jihad melawan musuh-musuh yang seenaknya merusak rasa persaudaraan.

Seperti apa yang dijelaskan Ayatullah Ruhulloh Imam Khumaini ,  bahwa gerakan jihad kaum muslim dengan melakukan pemboman merupakan taktik dasar untuk melawan kekejaman imperialisme AS dan sekutunya. Maka gerakan jihad itu dinilai sebagai satu-satunya perjuangan keras yang bisa diterima akal dalam menghadapi keserakahan dan kesewenang-wenangan zionis dan imperialisme .

Upaya AS mengubah paradigma publik dengan taktik  tipu muslihat memecah belah umat Islam tidak bisa dibenarkan,  meskipun mengatas namakan hak asasi manusia dan demokrasi dengan menuding dan menyebut  kaum muslim pelaku peledakan adalah teroris, dan teroris itu membahayakan kehidupan bersama dan berbangsa maka harus dihadapi bersama dengan melibatkan potensi bangsa.

Perlu dipahami bahwa aksi peledakan termasuk pemboman bisa dilakukan siapa saja, termasuk sebuah negara ( state terrorism) maupun rakyat (popular terrorism).Karena setiap masalah cenderung bersifat universal maka dalam konteks aksi peledakan ada hubungannya dengan sebuah perlawanan untuk melakukan perjuangan. Jadi AS dan sekutunya seharusnya sadar mengapa terjadi perlawanan oleh kaum Muslim progresif.

Berpuluh-puluh tahun bangsa Palestina mencari keadilan pada dunia melalui tangan PBB namun dunia  malah mencampakkannya  dengan memberi resolusi. Berbagai dalih, alasan dan gerakan bersenjata telah digunakan  untuk menyadarkan pihak Barat namun pihak Barat  tetap bersikeras membela Israel, dan malah menyebut kaum muslim yang membela diri malah dikatakan sebagai penjahat dan teroris.

Padahal  semenjak bangsa Palestina diusir, tindakan Israel semakin sadis dan tidak manusiawi. Puluhan ribu bangsa Palestina dibantai  dengan kejam dan sadis baik  anak-anak  maupun wanita hingga saat ini, Apa  kata AS dan Sekutunya ?.

Sebagaimana dijelaskan oleh Allah ,”Orang-orang yang telah di usir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah,”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang yahudi dan masjid-masjid, yang didalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya pasti Allah menolong  orang yang menolong agama – Nya.Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al Hajj .ayat 40).

AS secara sengaja  memberikan pemahaman kepada masyarakat dunia bahwa gerakan  jihad kaum Muslim itu adalah terorisme dan radikalisme.  Istilah  itu  diterjemahkan dan dijabarkan secara subyektif menurut kemauannya sendiri demi mendapat dukungan  masyarakat dunia.

Anehnya para penguasa di sejumlah Negara-Negara dunia sangat percaya terhadap provokasi AS , sehingga mereka beramai-ramai mengecam, mengutuk dan memerangi gerakan jihad kaum Muslim yang ada di dalam negerinya dengan berkiblat pemahaman AS. 

Hal demikian menjadikan AS  semakin Arogan dan menempatkan dirinya sebagi sebutan Negara adidaya penguasa dunia yang pamer kekuatan penuh , sehingga  mereka bisa berbuat apa saja terhadap bangsa-bangsa (negara-negara} di dunia  tanpa khawatir terhadap kemungkinan munculnya perlawanan bersama.

Kendati ada Perserikatan Bangsa-Bangsa,  tetap tidak mampu  menghentikan keserakahan nafsu para  pemimpin Negara adidaya karena PBB tak lebih hanya sekongkolnya  dan  alat rekayasanya.Akibatnya, AS dan sekutunya  menebar teror ,melakukan  agresi dan invasi  ke sejumlah Negara Islam yang tidak disukai  tanpa ada yang  mampu mencegah atau menentangnya. 

Kini pihak AS dan sekutu merasa terusik adanya gerakan kaum Muslim yang melakukan perlawanan terhadap kesewenang-wenangannya. Gerakan itu  bagi pihak AS  dan sekutunya dianggap sebagai ancaman dan lawan potensial bagi keberlangsungan kekuasaannya maka gerakan itu  harus di bumi hanguskan dengan cara apapun.

Hingga sampai sekarang banyak kalangan  muslim yang dibunuh namun belum ada satupun bukti yang bisa dijadikan dasar jika gerakan yang mereka lakukan merupakan  atau sudah dalam taraf pengertian teroris.

Seharusnya tidak semudah itu menuduh dan membunuh serta mengeksekusi umat Islam yang dianggap sebagai teroris.  Sebab teroris itu selalu bersembunyi dibalik berbagai kepentingan untuk keuntungan pribadi. Contoh tindakan AS menginvasi Irak dengan membunuh warga semata mata untuk kepentingan pribadi bukan faktor membantu maupun menolong demi kemanusian .

Soeparman dalam tulisanya “Kiat melawan terorisme”,  mengingatkan bahwa isu terorisme hendaklah disikapi dengan arif, bijak,hati-hati dan jangan gegabah karena dapat merusak bangunan pluralisme dan kerukunan antar umat beragama. Untuk itu dalam merespon terorisme harus mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan HAM dan tidak mengorbankan rakyat sipil.  Isu terorisme harus dipandang secara  proporsional agar masing-masing bagian dari bangsa ini tidak turut terjebak pada lingkaran setan yang sulit diatasi dan akhirnya justru menghadapkan antara umat Islam dengan umat agama lainnya. Untuk itu  yang harus diwaspadai adalah sikap adu domba  dari pihak lain yang berkepentingan.

Islam sama sekali berbeda dengan terorisme. Islam terpisah dari terorisme dan tidak ada korelasinya bahkan sangat bertolak belakang. Munculnya  Islam sebagai terorisme karena publikasi besar-besaran  baik di media massa cetak maupun elektronik  yang mendiskreditkan komunitas muslim sebagai teroris menurut kemauannya sendiri dengan membabi buta tanpa pemahaman yang objektif. 

Lantas  apa sebutan AS dan sekutunya yang membom-bandir umat Islam di berbagai dunia, apa itu tidak lebih dari teroris.

Selama ini ada kecenderungan untuk menutup mata apa yang dilakukan AS  menginvasi negara-negara Islam dengan membombardir warga sipil  baik wanita maupun anak-anak, apakah itu bukan tindakan teroris? 

Bangsa-bangsa di dunia ini seperti  membenarkan agresi AS dan sekutunya terhadap Irak yang melanggar HAM, demokrasi dan nilai-nilai kemausiaan dan menebar teror terhadap umat manusia didunia. Jatuhnya korban sipil, anak-anak, wanita dan para orang tua akibat olah AS harus menjadi perhatian bukan malah membenarkan tindakan agresi tersebut. Padahal dengan dalih apapun agresi itu tidak dibenarkan .

Anehnya PBB  yang memiliki  hak kekuasaan  mencegah dan melawan keserakahan, kebringasan dan kekejaman AS  terhadap bangsa Irak,  Palestina, Afghanistan hanya diam dan tidak melakukan tindakan yang berarti.

Sehingga wajar jika komunitas umat Islam yang tidak pro dominasi pihak barat  membentuk   gerakan perlawanan secara revolusioner dengan tujuan situasi ini harus segera diubah melalui cara yang cepat, radikal dan revolusioner sebagaimana AS dan sekutunya memperlakukan umat Islam dengan kejam, sadis, radikal dan sewenang-wenang.

Tidak ada satupun sikap bijak penguasa negara-negara di dunia untuk memahami latar belakang secara sistematis mengapa gerakan tersebut muncul, yang ada hanyalah sebuah ungkapan kebencian dari pihak penguasa yang sudah terprovokasi AS dengan  menuduh umat Islam sebagai penyebar terorisme.

Penguasa negara-negara di dunia diam seribu kata  bahkan malah terlalu bersemangat mengecam keras komunitas  gerakan muslim yang  melakukan peledakan, meski tak sebanding dengan teror yang dilakukan AS.

Penguasa-penguasa negara termasuk penguasa negeri ini  yang di dalam negerinya ditengarai oleh AS sebagai sarang teroris, hendaknya bersikap adil dan bijak dan tidak sembarangan membabi buta memburu dan membunuh kaum muslim yang dicap sebagai teroris sebab berlaku adil itu adalah untuk membuktikan kebenaran meski terhadap komunitas yang dibenci sekali pun.

Sebagai kaum muslim kita sangat prihatin jika ada para penguasa dan pemuka agama seiman pun  latah terpengaruh propaganda AS, sehingga mereka ikut-ikutan mengeluarkan sabda mengutuk dan mengecam kaumnya sendiri tanpa memahami makna yang sebenarnya atau latar belakang gerakan  tersebut.Memang sangat menyakitkan, bukannya memahami  latar belakang munculnya gerakan tersebut, melainkan malah mengamini  AS, ada apa di balik ini?

Betapa rapuhnya pembesar negara yang hanya tunduk dan patuh terhadap AS,  kondisi demikian menunjukan pemimpin yang tidak mempunyai prinsip terhadap tujuan dan cita-cita bangsa, maka dapat mengancam  kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa ini harus menyadari  bahwa kemerdekaan setiap bangsa harus diwujudkan seutuh mungkin bukan adanya tekanan pihak lain.

AS yang mengklaim dirinya sebagai kampiun penegak HAM di penjuru dunia  menterjemahkan dan menjabarkan gerakan jihad  kalangan Islam sebagai teroris adalah definisi yang tidak akurat karena sesuai versi dan kemauannya sendiri  dengan tidak menggunakan logika umum.

Keadaan ini mulai dilancarkan oleh pihak barat sejak tahun 1980 an’’. Dimana media massa  Amerika memuat iklan yang menyesatkan tentang fundamentalisme religious ke dalam bidang politiknya,  baik di luar maupun di dalam negerinya sendiri.Pihak barat menggambarkan  fundamentalisme Islam itu sangat picik di dalam menginterpretasikan Qur’an secara literal maupun dengan melaksanakan ajaran Qur’an dengan kekuatan fisik.  Asumsi ini karena dilatarbelakangi sifat fundamentalisme yang terbelakang, dan merupakan oposisi modernisme, sehingga pola pemikirannya dianggap kaku dan tidak liberal.

Dari kondisi demikian ini dapat dijelaskan bahwa ideologi  yang menjadi dasar dari gerakan jihad  adalah ideologi yang paling benar untuk berpikir dan bertindak  serta  mengandung nilai-nilai mutlak kebenarannya sehingga memiliki peran dalam membentuk sikap untuk bertindak mencapai suatu tujuan yakni memberangus ketidakadilan terhadap pihak siapapun yang bersikap tidak menempatkan keadilan dan kebenaran sebagai suatu tatanan kehidupan.

(Bersambung ke edisi berikutnya).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini