PEMIMPIN
( Bagian 1 )
Oleh : Ngar
- “Hai orang-orang beriman ! Janganlah kamu memilih orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu, sebab sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa diantara kamu memilih mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka….Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” . (QS Al-Maidah :51).
- “hai orang yang beriman .janganlah kamu mengangkat teman kepercayaan dari orang di luar kalanganmu (karena) mereka akan selalu tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu dan mereka menyukai apa yang dapat menyebabkan kesusahan terhadapmu. Rasa kebencian mereka yang tampak dari ucapan mereka telah begitu jelas, sedangkan rasa kebencian yang tersimpan di dalam hati mereka jauh lebih besar. Sungguh Kami telah menerangkan tanda-tanda (permusuhan mereka) kepadamu, jika kamu menggunakan akal pikiran untuk memahaminya”. (QS Ali Imron :1.
- “Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu diatas podium (tempat berpidato) mereka memberi petunjuk dan ajaran bijaksana, tetapi bila telah turun podium mereka melakukan tipu daya dan pencurian, hati mereka lebih busuk dari bangkai” ( HR : Athobrani)
Sambil duduk santai, mari sejenak kita melirik hiruk–pikuknya dunia kepemimpinan di negeri ini, meski harus menyita waktu dan kesibukan kita. Ya sekedar menghilangkan kebisuan dan rasa stres yang bersarang di dalam diri ini.
Berpijak pada kaidah Islam atau definitif keilmuan secara harfiah Pemimpin itu pelayan atau pengabdi rakyat. ( HR. Abu Naim ).
Bagaimana dengan kondisi pemimpin di negeri ini, apakah sudah sesuai dengan kondisi tersebut diatas?
Seorang pemimpin memang tidak luput dari kekurangan maupun kesalahan, namun prinsip melindungi, melayani dan mengayomi semua rakyat yang dipimpinnya harus dikedepankan dan jangan ada sikap tebang pilih meskipun ada rakyat yang berseberangan dengan kebijakan-kebijakannya. Dan seorang pemimpin juga jangan mengumbar kebijakan-kebijakan, dan menghindar atau lari dari tuntutan rakyat sebagai tanggung jawabnya.
Bukan sebuah mitos jika kita men justice dan membenarkan adanya pernyataan yang menjelaskan bahwa untuk menjadi pemimpin di negeri ini harus mengeluarkan dana besar, dan jangan coba-coba berani mencalonkan pemimpin jika kamu miskin dan tidak mempunyai uang banyak.
Tanyakan kepada mereka ………. yang pernah menjabat sebagai pemimpin atau yang masih berkuasa memimpin……..berapa banyak uang yang di habiskan saat mencalonkan. Dan jangan sok suci atau kemresik “ mengatakan bahwa di negeri yang demokratis ini untuk menjadi pemimpin tidak perlu uang atau dana besar, atau tidak sulit dan tidak berat bahkan sangat sederhana.!”. Jika ada pemimpin yang mengatakan demikian……..adalah……… booohooong…….Munafik !. Jawablah dengan jujur wahai pemimpin negeri ku ini, rakyat di negeri ini bertanya, dan janganlah membohongi dan membodohi rakyatmu. Akankah pemimpin negeri ini suka berbohong, dan selalu mengajarkan sifat-sifat ketidak jujuran kepada rakyat nya…?
Harus dimengerti, bahwa di negeri ini tidak ada segala sesuatu yang tidak bersangkut paut dengan uang, termasuk untuk menjadi pemimpin.
Uang memang sangat memegang peran penting dalam kebutuhan hidup sehari hari . Tanpa uang hidup menjadi susah dan nafas sulit tersambung, jika mengalami sakit, dan tidak ada uang jangan harap bisa untuk berobat…. !
Entah bagaimana keajaiban uang di negeri ini. Orang dapat terjerat hukum karena uang, dan terbebas dari jeratan hukum juga karena peran uang.
Jika kita mau jujur, betapa mudah mendapatkan sesuatu dengan uang, termasuk mendapatkan kursi jabatan pemimpin. Siapapun tak akan mampu mencegak dan menghentikan, jika uang merupakan syarat mutlak menjadi pemimpin. Fakta demikian itu sudah menjadi hal yang umum dan wajar . Andaikan demikian itu kebenarannya, maka betapa tidak berharganya sebuah keadilan dan kebenaran di negeri ini, jika semua dapat dibeli dengan setumpuk uang.
Memang sejumlah pihak menyatakan, bahwa untuk meraih keinginan menjadi pemimpin, banyak berbagai cara dilakukan, termasuk menghalalkan apapun asal bisa menjadi pemimpin , baik dengan tipu daya muslihat (kelicikan), kebohongan, Kecurangan, dan lain sebagaianya, semuanya tak terlepas dari faktor uang. Uang menjadi penentu untuk terpilih sebagai pemimpin. Seperti apa terjadi saat menjelang hari H dalam pemilihan pilpres yang baru berlalu. Banyak diwarnai kebobrokan moral dengan ditemukan praktik money politik membagi- bagi sembako ke sejumlah tempat dengan terang-terangang yang dilakukan oleh kubu pasangan tertentu.
Pemimpin disini bisa kepala desa, bupati/ walikota dan wakil, gubernur dan wakil, presiden dan wakilnya, DPR, Ketua Partai, menteri, kepala dinas dan lain sebagainya, baik sifatnya dipilih maupun yang diangkat.
Pemimpin
Sikap seseorang setelah terpilih menjadi pemimpin ini terkadang aneh dan mengecewakan rakyatnya, sering kali kebijakannya berseberangan dengan apa yang pernah dijanjikan. Bahkan mereka berpura-pura lupa terhadap apa yang pernah dikatakan, dan cenderung tak menepatinya. Alias hanya mengumbar seribu janji surga atau gembar-gembor tong kosong saja. Janji hanyalah tinggal janji, yang tak pernah mampu terealisasikan, itulah pemimpin negeri ini…..Ketidak-konsistenan antara yang dijanjikan dengan yang dilakukan, sangat bertentangan, meskipun itu sangat merugikan rakyat.
Memang seharusnya tidak hanya pemimpin saja yang harus jujur, dan rakyat pun saat nya harus jujur pula, berterus terang dengan sebenar-benarnya sepenuh hati dan bersikap cerdas serta tidak apriori. Mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Jika rakyat benar-benar tidak ingin memiliki pemimpin seperti tersebut diatas, yakni rakyat menginginkan negerinya berubah total kearah kemajuan di bidang materiil maupun moril, maka rakyat harus berani mengambilah keputusan yang cerdas, tegas, tepat, dan benar, semata-mata demi menyelamatkan negeri ini dari kerakusan penguasa maka pilihlah pemimpin yang benar-benar memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Janganlah memilih pemimpin sekarat, busuk dan sontoloyo
Pemimpin Sekarat.
Presiden di Negara Sekarat, judul tulisan Umbu TW Pariangu dosen fisipol Undana di Media Indonesia seharusnya lebih tepat tertulis Negeri dikuasai Pemimpin (Presiden) Sekarat , sebab mengapa menyalahkan Negara. Pasalnya, dalam tulisan tersebut tidak menunjukkan negara yang sakit hingga sekarat, melainkan yang sakit adalah rakyat, yang sudah mencapai stadium gawat darurat dan sekarat, penyebabnya adalah kebijakan-kebijakan pemimpin yang sangat menyengsarakan rakyatnya. Dari tulisan tersebut, tercetuskan “ kepemimpinan yang miskin keteladanan, institusi pendidikan yang kian dipolitisasi, perekonomian rakyat masih mengenaskan, negeri terposisikan sebagai negara terkorup, Eksistensi rakyat direnggut para kleptomania berdasi yang intensif berbagai urusan publik, dan prospek kesehatan masyarakat terpuruk yang tidak terendus oleh penguasa merupakan bukti bahwa rakyat sedang tidak berada dalam spiral perubahan menanjak lurus, melainkan makin parah dan sekarat . Seharusnya proses perubahan menunjukkan arah yang pasti, dan menuju semakin baik. Sayangnya Negeri ini, ibarat sebuah kapal tidak memiliki nahkoda yang mumpuni kendati mesinnya baru dan canggih, hendak kemana kapal ini berlabuh.
Yang ada hanya sikap egoisme pemimpin yang kebingungan, tidak memiliki kemampuan mengatasi problema yang menimpa rakyatnya. Kepentingan rakyat yang tersubordinasikan berbagai fragmen politik kekuasaan para pemburu rente terus meledak keraguan. Pemimpin lebih banyak berkaca dan mematut diri di saat anasir koruptor asyik menyikat fulus proyek-proyek negara, atau menguras kantong dana haram negara lewat tangan-tangan tak tampak ( invisible hands ) yang berkeliaran di ladang-ladang birokrasi basah. Wasit satu-satunya menentukan lingkaran demikian ini adalah pemimpin.
Pemimpin harus menjadi yang terdepan, jika tidak ingin timbul penilain negatif , yakni melemahnya keyakinan publik terhadap kualitasnya.
Sebagai seorang pemimpin harus berani berkorban untuk kepentingan rakyatnya bukan untuk kepentingan dirinya, kelompok pendukungnya, dan partainya Ia harus selalu berada di semua rakyatnya , dan berusaha senantiasa menyelesaikan dan mencarikan jalan penyelesaian apa yang sedang dihadapi dan dibutuhkan rakyat. Seorang pemimpin memang tidak luput dari kekurangan, namun prinsip melindungi, mengayomi dan melayani semua rakyatnya harus dikedepankan, jangan ada perasaan tebang pilih, meskipun ada rakyat yang berseberangan dengan kebijakan-kebijakannya. Dan jangan mengumbar kebijakan dan menghindar dari tuntutan rakyat yang memunculkan penilain sebagai Pemimpin Sekarat.
Pemimpin Sontoloyo.
Untuk memaknai pemimpin di negeri ini, yang perlu digaris bawahi adalah judul tulisan Mohammad Yasin Kara Anggota Komisi X, Sekretaris Fraksi PAN DPR RI di Koran TEMPO yaitu PEMIMPIN SONTOLOYO. Seharusnya dia membenarkan apa yang diungkapan Kepala BIN, bukannya mengkritisi sebab dalam tulisannya, dapat disimpulkan bahwa di negeri ini ada Pemimpin Sontoloyo. Pemimpin Sontoloyo yakni Pemimpin yang tidak mampu melindungi rakyatnya, ketika terbukti adanya perlakuan tidak adil dan sewenang – wenang terhadap rakyat yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, baik berupa kekerasan fisik maupun non fisik.
Meski negeri ini sudah berkali-kali berganti pemimpin, namun tetap saja, yang ada hanyalah pemimpin yang jauh dari harapan rakyat. Kepentingan rakyat yang tersubordinasikan dan demokrasi yang dikooptasikan oleh silaunya uang, dan rakyat dibiarkan dalam alam kehidupan krisis. Sebaliknya Pemimpin negeri ini lebih banyak mematut diri di saat anasir koruptor asyik menyikat uang proyek negara ini.
Ironisnya pemimpin negeri ini hanya menonton tanpa ada sikap melindungi. Seharusnya pemimpin menjadi yang terdepan untuk melindungi rakyatnya dan mengadili kesewenang-wenangan yang dilakukan aparat penegak hukum.
Layak kita bertanya, apakah salah jika rakyat menolak kebijakan pemerintah melalui kritik dan demonstrasi, sementara kebijakan tersebut dinilai sangat merugikan dan menyengsarakan rakyat. Jika pemimpin negeri ini alergi terhadap kritik dan demo, maka terbukti pemimpin negeri ini senang jika rakyat nya bodoh dan selalu harus yesman semua, seperti kerbau yang di sungut hidungnya. Pada hal demokrasi adalah agenda reformasi, maka apapun bentuk kekerasan harus ditolak, baik yang dilakukan masyarakat maupun penguasa, termasuk kebijakan pemimpin yang merugikan masyarakat, harus ditolak. Hanya demikian bangsa ini terlepas dari PEMIMPIN SONTOLOYO.
Jangan – jangan selama ini, pemimpin yang terpilih di negeri ini bukanlah murni karena keinginan rakyat dalam memilih mereka, melainkan ada nya bentuk trik-trik murahan dan manipulasi uang yang bisa merubah pilihan mereka. Jika benar demikian ada nya, maka kualitas yang menjadi taruhan ukuran seseorang dipilih menjadi pemimpin terabaikan. Pada hal itu merupakan kriteria dan syarat mutlak dalam memilih.
Pemimpin Busuk.
Pemimpin Busuk di pilih Pemilih Busuk. Pemilih Busuk memilih Pemimpin Busuk. Kesimpulannya, pemilih busuk menghasilkan pemimpin busuk, pemimpin busuk dan pemilih busuk adalah kelompok Manusia Busuk. Manusia busuk selalu bertindak dan berbuat busuk, dan semua serba busuk .
Ciri-ciri pemimpin busuk adalah,
Pemimpin cenderung semakin berkuasa dan kaya, rakyat semakin miskin, tertindas dan tak berdaya. Yang dipikirkan dan dilakukan hanyalah menumpuk kekayaan untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya, tanpa memperdulikan apa yang dirasakankan dan diderita rakyatnya. Amanat dan kepercayaan yang diberikan oleh rakyat hanyalah dianggap sebagai sebuah simbol belaka. Maka wajar jika rakyat bersikap sinis dan mencemooh terhadapnya.
Pemimpin busuk semakin lebih berkuasa dan memiliki segalanya, dan rakyat semakin tidak mampu menghadapi kekuasaannya. Begitu kuatnya kekuasaan yang dimiliki dalam berbagai segi kehidupan, akibatnya dominasi kekuasaan yang dimilikinya pun semakin central. Segala tindakan selalu bersifat perintah, tidak memberikan kesempatan timbulnya partisipasi. Ia bersikap sangat keras terhadap rakyat yang tidak disukai, namun sebaliknya ia bersikap impersonal dan berkawan terhadap yang menguntungkan dirinya. Cenderung diskriminasi terhadap rakyat yang berseberangan dan menentang kebijakan-kebijakannya. Bangga terhadap pujian, suka dipatuhi dan dieluk-elukan serta lebih menuntut kesetiaan dengan cara paksaan, ancaman dan hukuman. Dalam bertindak dan bersikap terhadap rakyat kecil yang dianggap menentang kebijkannya selalu kasar, keras dan sewenang-wenang tanpa kompromi . Ia sangat sensitif terhadap mereka yang dicurigai tidak sepaham kebijakannya. Kepentingan pribadi lebih menonjol dari pada kepentingan rakyat. Wewenang mutlak terpusat pada kepemimpinan nya, kebijakan selalu dibuat oleh nya, ide selalu datang dari dirinya dan meniadakan inisiatif. Tidak ada bagi rakyat untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat terhadap kebijakannya. Buta dan tuli terhadap apa saja yang terkait kebaikan. Karena lawan kebaikan adalah kebusukan
Pemimpin busuk di jelaskan dalam Al Quran sebagai pemimpin yang zalim yakni pemimpin yang menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Pemimpin yang tidak memberi manfaat kepada rakyat, bahkan tidak mampu melindungi keadaan rakyat nya, dan sangat merugikan rakyat. Setiap kebijakan harus sesuai dengan seleranya maupun kelompoknya. Padahal sebagai pemimpin seharusnya mampu memandang hubungan antara orang-orang, bukan sebagai sifat-sifat individual.
Pemilih Busuk.
Tidak hanya pemimpin saja yang busuk tetapi juga ada pemilih busuk. Ciri-ciri Pemilih Busuk ditengarai sebagai pemilih yang mengabaikan syarat-syarat mutlak yang dimiliki sosok calon pemimpin, yakni pemimpin yang wajib dipilih dan diangkat. Sebaliknya pemilih busuk malah tidak memilih dan tidak mengangkat orang – orang yang memiliki ciri-ciri syarat tersebut adalah :
- Mu’min
Bagi pemilih Islam, ada kewajiban pemimpin itu harus mu’ min. Pengertian mu’min disini adalah tidak sekedar orang Islam, bukan islam KTP. Melainkan orang Islam yang memahami dengan benar pokok-pokok dasar Islam yakni kadar keislamannya berwatak Qur’ani. Artinya menghayati Islam dengan sungguh-sungguh dan diamalkan sesuai dengan landasan dasarnya. Menjalankan agama yang dianutnya dengan benar. Bukan yang sebaliknya, orang Islam yang duduk menjadi pemimpin lantas menjadikan agama sebagai kendaraan dan kedok meraih kehidupan duniawi, bahkan cenderung berperilaku menyimpang dengan melakukan kebijakan-kebijakan yang keluar dari syari’at Islam , itu berarti bukan mu’min.
Allah menjelaskan dan mewajibkan:
“Janganlah orang-orang mu’min mengangkat orang-orang diluarnya menjadikan pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah” ( QS. Ali Imran : 28)
Dipertegas lagi
.“…..janganlah kamu mengangkat teman kepercayaan dari orang di luar kalanganmu (karena) mereka akan selalu menimbulkan kesulitan bagimu….yang dapat menyebabkan kesulitan terhadapmu” (QS Ali Imron :118)
Dipertegas lagi pada surat lainnya :
“Hai orang-orang beriman ! Janganlah kamu memilih orang-orang di luar kamu menjadi pemimpin-pemimpinmu,….barang siapa diantara kamu memilih mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka….Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” . (QS Al-Maidah :51).
Sungguh sangat kontras negeri yang penduduknya terbesar beragama Islam ternyata dalam memilih dan mengangkat seorang pemimpin bukan dari kalangan orang mu’min.
2. Kualitas.
Harus disadari bahwa keberhasilan dan kegagalan suatu negara dan bangsa dalam mencapai tujuannya sangat tergantung kepada kemampuan pemimpinnya. Maka wajar jika pemimpin harus memiliki kualitas yang lebih tinggi dari rakyat yang dipimpinnya . Oleh karena itu, rakyat harus bersikap kritis selektif dalam mengevaluasi calon pemimpin yang akan dipilihnya, sehingga tidak salah memilih. Sebagai pemilih, rakyat harus mengenal dan memahami benar calon pemimpin yang akan dipilihnya. Sebab saat ini rakyat tidak hanya membutuhkan pemimpin yang hanya mampu membawa perubahan dan kesejahteraan saja, melainkan juga mampu menciptakan masa depan bangsa yang lebih bermartabat dan berkarakter mulia yang tidak munafik. Untuk itu yang perlu dicermati dalam memilih seorang pemimpin adalah mengerti dan memahami benar – benar kriteria yang harus dimiliki pemimpin.
Sikap kritis ini harus dimaknai sebagai bentuk kepedulian, kemauan dan kemampuan untuk berhadapan dengan keadaan yang dinilai sangat merugikan dan menyengsarakan rakyat, dengan tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Maka sangat terbalik jika di negeri ini, seorang pemimpin diangkat dan dipilih karena uang yang berlimpah. Dengan uangnya dia bisa membeli suara dan duduk manis dirumah aja, karena sudah ada kroni-kroninya. Semestinya seorang pemimpin terpilih karena sebuah perjuangan yang penuh dengan pergolakan di tengah-tengah masyarakat dalam menegakkan kebenaran dan keadilan . Ia menceburkan dirinya , terlibat apa saja yang ada di masyarakat, dan senantiasa melaksanakan kiprahnya terhadap apa yang dirasakan dan dialami rakyatnya, yakni lebih mengutamakan kualitas dedikasi pengabdian dan selalu bersikap kritis terhadap kondisi yang ada di masyarakat, atau pun kritis terhadap dirinya sendiri.
Kendati seorang pemimpin memiliki kualitas yang lebih tinggi dari rakyatnya, ia tetap harus mengutamakan sikap komunikatif ( berinteraksi) dengan menerima saran dan kritik yang disampaikan rakyat. Suasana komunikatif ini dimaksudkan mampu mengkombinasikan antara kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, tidak bertabrakan dengan kepentingan rakyat.
Supaya kebijakan tersebut tidak menimbulkan problema, maka harus lebih memposisikan dan mengutamakan kerjasama yang baik, dengan menjaga keseimbangan kepentingan bersama. Sikap komunikatif dengan rakyatnya itu tidak hanya berada dalam lingkungan kerja nya saja.
Yang jelas rakyat tidak hanya menghendaki kualitas seorang pemimpin saja melainkan juga keahlian dan keteladanan pribadi yang mampu mendorong rakyat untuk lebih meningkatkan taraf kehidupannya baik materil maupun spiritual.
Dengan kata lain keberhasilan pemimpin tidak hanya ditentukan satu asfek saja, melainkan juga didukung oleh sifat, perilaku dan situasi. Jadi selain kualitas dan kekuatan, faktor situasi , interaksi dan kepribadian sangat menentukan keberhasilan seorang pemimpin.
Dijelaskan Alloh :
“Dan Dialah yang menjadikan kamu Penguasa-Penguasa di Bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian ( yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikannya kepadamu…” (Al- An’am) :165.
“Sesungguhnya Alloh telah memilihnya menjadi pemimpinmu dan menganugrahkannya ilmu-ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa” (Al Baqarah :247).
. Bumi ini diciptakan Allloh semata-mata untuk kesejahteraan umat Nya. Maka upaya mengelola bumi dan seisinya membutuhkan manusia yang berkualitas atau pemimpin
3. Mengutamakan Kebenaran dan keadilan di atas segalanya.
Kebenaran dan keadilan menyeluruh di segala bidang kehidupan meliputi segenap lapisan masyarakat senantiasa harus diwujudkan. Pemimpin yang tidak menempatkan kebenaran dan keadilan sebagai prinsip roda pemerintahannya maka akan selalu menimbulkan kerusakan dan pertikaian.
Satu hal yang sangat penting dalam memilih dan mengangkat seorang pemimpin adalah mengutamakan kebenaran dan keadilan diatas segalanya. Jika kebenaran dan keadilan dijadikan dasar, maka tidak akan muncul sosok pemimpin yang semestinya tidak layak menduduki jabatan pemimpin menjadi pemimpin. Yang muncul adalah sosok pemimpin yang mengerti dan menyadari akan makna kepemimpinannya, yakni semata-mata yang dilakukan karena sebuah pengabdian baik terhadap rakyat maupun Tuhan.
Namun jika yang terjadi sebaliknya, berarti bukan kebenaran dan keadilan yang dijadikan dasar memilih dan mengangkat seseorang menjadi pemimpin. Sudah barang tentu yang muncul adalah pemimpin busuk.
Firman Alloh : “Sesungguhnya Kami menjadikan engkau pemimpin di bumi ini, maka berilah keputusan di antara manusia itu dengan benar dan janganlah mengikuti hawa nafsu, karena itu menyesatkan engkau dari jalan Alloh…..”(QS ‘ Sad : 26)
Dipertegas lagi di surat yang lain,
“Sesungguhnya Alloh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu, apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil………..”( An Nisaa :58).
“ Robbiku menyuruh menjalankan keadilan”, (QS ‘ Al A’Raaf :29).
Kepemimpinan itu kehendak Allah, seharusnya sifat-sifat seorang pemimpin harus taat terhadap perintah Allah yakni menegakkan keadilan dan kebenaran, membela rakyat yang lemah, tidak sewenang-wenang , tidak asal mumpung berkuasa.
Pemimpin harus menanamkan akhlaq mulia.. Dengan akhlaq mulia yang dimiliki seorang pemimpin, maka negeri dan bangsa ini akan tercipta keharmonisan, kedamaian, ketentraman, kerukunan, ketenangan, keamanan tanpa adanya rasa takut dan khawatir . Karena itu Alloh menciptakan kelompok-kelompok bangsa semata-mata untuk saling berhubungan. Dengan berkomitmen tidak mengintervensi dan mendominasi bangsa yang satu dengan yang lain.
- Pelindung dan Pengabdi.
Pemimpin Suatu kaum adalah pengabdi ( pelayan) rakyat bukan penguasa. Pelayan yang baik dan berkualitas adalah pelayan yang dapat memberi kepuasan dalam batas standar pelayan, dan dapat dipertanggungjawabkan serta dilakukan terus-menerus.
Kepemimpinan harus disadari sebagai wujud pengabdian kepada Tuhan, dimana pertanggungjawaban dihadapan-Nya. Dalam Ajaran agama pemimpin itu melayani rakyat, dan bukan sebaliknya yang terjadi, rakyat melayani pemimpin. Lantas jika demikian yang terwujud, apa yang dapat diharapkan dari pemimpin yang demikian itu? Melayani kebutuhan sendirinya saja tidak mampu, bagaimana akan mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Pemimpin ini milik rakyat, dia diberi amanat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan menciptakan lapangan kerja dan melindungi rakyat agar tercipta kedamaian, ketentraman, ketenangan, dan kecerdasan. Semua itu dilakukan semata-mata dengan iklas karena tanggung jawabnya sebagai pelindung dan pengabdi rakyat. Bukan dilakukan karena pencitraan demi kepentingan dirinya dan kelompoknya.
.
Perlu dicermati bahwa kesalahan dalam memilih pemimpin berarti kegagalan dalam pendelegasian amanah.
Rosululloh Muhammad mejelaskan:
- “ Pemimpin suatu kaum adalah Pengabdi (pelayan) rakyatnya” HR : Abu Naim.
- .“Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya. Seorang pemimpin bertanggungjawab atas rakyatnya…..(H.R :Bukhori dan Muslim).
- . Ketahuilah masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing- kamu akan ditanyai dan dimintai pertanggungjawaban terhdap apa yang dipimpinnya……..” Hadits riwayat Ibnu Umar.
- Pemimpin harus mengenal dirinya, mengenal rakyatnya, mengenal situasi dan kondisi, selanjutnya mengembangkan sifat-sifat ke arah yang sesuai dengan kondisi dimana dia memimpin. Pemimpin harus melindungi, melayani dan menciptakan kemudahan-kemudahan rakyatnya untuk mencapai tujuan.
Dia akan berhasil melaksanakan kepemimpinannya, jika telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan, kemudian diwujudkan melalui pengabdiannya terhadap rakyat, bangsa dan negara. Semata-mata niat melaksanakan kewajibannya dengan benar.
Pemimpin yang tidak memahami rakyatnya tidak akan mampu menjadi sandaran rakyatnya. Kewajiban pemimpin adalah melindungi dan memberikan jaminan kesejahteraan dan keamanan rakyat. Dengan segenap kemampuan fisik dan rasio disatukan menjadi kekuatan besar untuk melaksanakan pengabdiannya.
3. Jujur Tidak Munafik.
“Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu diatas podium (tempat berpidato) mereka memberi petunjuk dan ajaran bijaksana, tetapi bila telah turun podium mereka melakukan tipu daya dan pencurian, hati mereka lebih busuk dari bangkai” ( HR : Athobrani
Sejumlah tokoh agama bersepakat, bahwa pemimpin di negeri ini kinerjanya kurang baik karena banyak omong. Selama ini rakyat tidak mengerti bahwa pemimpin di negeri ini sering membuat pernyataan- pernyataan yang bermuka dua.
Sifat munafik tergolong kejahatan besar yang sangat membahayakan dan merugikan manusia, dapat menghancurkan persatuan.
Sangatlah berbahaya memiliki pemimpin yang munafik karena pemimpin demikian itu bermuka dua. Untuk menutupi tindakannya , ia merekayasa seakan-akan ajaran agama membenarkan perbuatannya atau kebijakannya.
Sebaliknya pemilih busuk lebih suka mempertahankan status quo, berusaha sekuat tenaga membela kekuasaan pemerintahan yang zalim. Mereka mendewakan dan menjilat penguasa yang sedang berkuasa. Kelompok pemilik busuk inilah yang sebenarnya lebih berbahaya. Pemilih ini selain penjilat dan licik juga melakukan tipu daya kebohongan besar terhadap yang dipilihnya atau pun terhadap para pemilih. Karena mereka tidak hanya membohongi diri sendiri melainkan juga masyarakat dan calon pemimpinnya.
Dan bagaimana seharusnya pemimpin itu ?
Pemimpin dalam kehidupan manusia sangatlah diperlukan, bahkan wajib. Tanpa pemimpin masyarakat akan berjalan tanpa arus. Maka dipundaknya lah kepercayaan itu diberikan sebagai tanggung jawab, baik untuk membimbing, menuntun dan membina rakyat dalam mencapai hidup sejahtera lahir batin.
Sesunggugnya Aku hendak ciptakan manusia untuk menjadi pemmpin di muka bumi ini.
Seorang pemimpin memerlukan kekuasaan. Tanpa kekuasaan maka kepemimpinannya tidak berarti. Kekuasaan diperoleh karena kedudukan jabatan yang dipangkunya dari rakyat
Penggunaan kekuasaan mengakibatkan perubahan, kekuasaan pemimpin perlu diterapkan lebih baik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan pancasila bercirikan, timbulnya kerja sama yang akrab yakni antara pemimpin dan rakyat saling pengaruh mempengaruhi untuk mensukseskan segala bidang kehidupan demi terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.
Pemimpin tidak memihak golongan yang kuat tetapi juga tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat titik tumpu..
Ada beberapa syarat mutlak yang harus dimiliki seorang pemimpin, diantara adalah
- Pemimpin adalah pelayan, maka pemimpin harus memperhatikan kebutuhan dan kemauan rakyat yang dipimpin. Baginya sebuah keberhasilan adalah mampu mewujudkan kebahagiaan rakyat. Pemimpin selalu menjaga agar kebijakannya sejalan dengan kehendak rakyat.
- Mengutamakan kejujuran, kebenaran dan keadilan. Selalu bertanggung jawab terhadap janji yang diucapkan dan berusaha memenuhinya. Seharusnya pemimpin merupakan panutan rakyat maka perilakunya harus menampilkan kepribadian yang terpuji, bukan perilaku munafik yang tidak memiliki kejujuran sama sekali . Sebab rakyat membutuhkan pemimpin yang tidak banyak omong dan tidak mencla mencle, melainkan pemimpin yang jujur selalu menepati janji dan tidak munafik atau dobolisme.
- Menciptakan rasa aman damai tentram di masyarakat. Tidak membuat pernyataan-pernyatan yang merugikan rakyat, mampu dijadikan tauladan.
- Bersikap adil , tempat berlindung rakyat yang memerlukan pertolongan. Pemimpin adalah ditaati bukan ditakuti dan tahu aspirasi rakyat. Kekuasaan baginya adalah alat mewujudkan kesejahteraan rakyat. Allah menempatkan semua manusia sama dihadapan Nya, tidak ada yang ditinggikan karena keturunan, kekayaan dan jabatannya. Allah memuliakan dan meninggikan seseorang karena ketaqwaannya.
- Pemimpin harusnya orang yang taat menjalan perintah agama dapat mengamalkan secara vertikal maupun horizontal dan tidak merasa sebagai majikan bagi rakyatnya melainkan sebagai pengabdi dan pelayan.
- Pemimpin harus sadar bahwa jabatan yang diperolehnya adalah hasil dari kedaulatan rakyat dan seharusnya mereka berterima kasih kepada rakyat. Kebijakan atau tindakannya seharusnya tidak menindas rakyat maupun menyelewengkan amanat rakyat, melainkan memberikan yang terbaik bagi rakyatnya.
- Pemimpin harus mengenal situasi dan kondisi rakyatnya, tidak otoriter dalam bertindak yang dapat menimbulkan ketidakpuasan sehingga menimbulkan permusuhan. Sebab dampak keputusan seorang pemimpin sangat besar implikasinya terhadap rakyat. Jika keputusannya tepat maka kebaikan yang terwujud, tapi jika salah, rakyat yang menanggung akibatnya.
- Semua perbuatan pemimpin akan menjadi baik jika berakhlaq mulia, dan diikuti oleh setiap anggota masyarakatnya maka negeri menjadi adil, makmur, aman, tentram. Dan suatu negeri tidak akan berhasil mencapai tujuannya jika akhlaqnya rusak. Memang mereformasi akhlaq lebih sulit dari mereformasi politik,ekonomi, sosial budaya, hukum dan peradaban lainnya. Padahal rakyat umumnya tertarik dengan bentuk lahiriyah seperti sopan santun, bicara halus, bermuka manis. Meski tindakan dan hatinya tidak sesuai dengan yang diperlihatkan. Perilaku ini belum dipastikan berakhlaq mulia sebab yang menjadi ukuran baik adalah yang tersembunyi dalam sanubari.
- Seorang pemimpin harus bisa mengayomi seluruh rakyat dan bisa mendekatkan gap antara si kaya dan si miskin . Bukan sikap kepemihakan pada sebagian rakyat dan kelompoknya sendiri. Hanya si kaya yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Karena kekayaan hanya berkisar di sejumlah kalangan tertentu, sedang kemiskinan terus menghantui sebagian besar orang. Sehingga negeri ini dipenuhi oleh orang-orang yang disatu sisi semakin kaya dan pintar , sedang yang miskin semakin miskin dan bodoh.
Pemimpin di negeri ini.
Meski negeri ini sudah berkali-kali berganti pemimpin, namun tetap saja, yang ada hanyalah pemimpin yang jauh dari harapan rakyat
Pemilu di negeri ini hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan dengan memanfaatkan rakyat sebagai sapi perahan untuk melegitimasi lahirnya sosok pemimpin yang tak jauh maknanya dengan pemimpin busuk .
Rakyat dijadikan objek untuk meraih kekuasaan melalui pemilu karena rakyat memiliki kedaulatan sumber legitimasi kekuasaan melalui pemilu. Jadi hakikat pemilu di negeri ini sebenarnya ingin mencari pemimpin yang mampu menciptakan keadilan, kebenaran, kesejahteraan, kemakmuran, kedamaian dan lain sebagainya. Namun kenyataannya tidaklah demikian, integritas para pemimpin negeri ini belum mampu berkata sesuai hati nuraninya dan melaksanakan secara konsekuen.
Yang perlu dipertanyakan dan dibuktikan adalah kualitas pemimpin hasil pemilu selama ini. Jika yang dihasilkan pemimpin yang tidak memiliki kualitas, integritas dan kapabilitas pengabdian dan perjuangan komitmennya terhadap rakyat, bangsa dan negeri ini, maka pemimpin tersebut adalah produk dari pemilih busuk yang menghasilkan pemimpin busuk .
Dan seharusnya, agar benar-benar rakyat sebagai pemberi kedaulatan kekuasaan atau pemegang kendali dalam menentukan pemimpin yang tidak busuk maka sebagai penentu rakyat wajib diberi pendidikan atau wawasan cakrawala tentang sebagai pemilih yang baik, sehingga akan menghasilkan sosok pemimpin yang baik pula. Tapi jika rakyat sebagai pemilih tidak memiliki kriteria sebagai pemilih yang baik, maka yang dihasilkan dalam pemilu pun kurang dipertanggungjawabkan untuk dapat menghasilkan pemimpin yang berpotensi baik.
Pemahaman tentang kriteria pemimpin busuk dan pemimpin baik harus menjadi prioritas utama yang perlu diberdayakan kepada rakyat, agar rakyat di negeri ini tidak menjadi pemilih busuk. Selama ini pemilih di negeri ini mayoritas masyarakat grass roots yang masih bersifat emosional-ideologis. Dimana dalam memilih sosok pemimpin masih terdominasi perasaan emosional organisasi kemasyarakatan, ideologi maupun agama. Dan pemahaman ini harus dikembangkan menjadi lebih rasional sehingga menghasilkan pemimpin yang berkualitas bukan malah dimanfaatkan oleh para calon pemimpin. Yang akhirnya dalam pemilu menghasilkan pemimpin busuk . Untuk itu kualitas pemilih mutlak harus diutamakan. Jika tidak maka negeri ini hanya akan memproduksi sosok yang haus kekuasaan, semata-mata bertujuan meraih empuknya kedudukan. Bukan berambisi memperjuangkan kepentingan rakyat maupun benar-benar demi memajukan negara dan bangsa.
Rakyat sadar bahwa Pemilu di Negeri ini tak lebih hanya menghasilkan sosok-sosok manusia yang mabuk dan rakus kekuasaan, dan hanya berkisar orang-orang itu saja yang mendominasi kekuasaan. Itu sebuah realitas, bukti yang tidak bisa dielakan. Meski diadakan pemilu langsung maupun tidak, yang dicalonkan menjadi pemimpin tak lepas dari wajah yang mencalonkan.
Rakyat hanya dipaksa memilih apa yang sudah ada bukan apa yang benar-benar munculnya dari rakyat, semua sudah dibingkai rapi oleh aturan sehingga kekuasaan ini akan terus berlangsung lama menjadi milik segolongannya yang mempertahan dinasti kekuasaan.
Jika kondisi demikian ini berjalan terus maka negeri ini tak ubahnya kembali pada jaman kerajaan yang sewaktu-waktu rentan pemberontakan terutama yang muncul dari kalangan grass root yang mengharapkan adanya perubahan tatanan yang mampu membawa bangsa dan negara kearah kemajuan dalam segala bidang dan moral.
Bagaimana pemimpin negeri ini apakah seperti ciri-ciri yang tergambarkan tersebut diatas atau sebaliknya?. Pemimpin di negeri ini sebagaimana yang diungkapkan Mohammad Yasin Kara adalah pemimpin yang jauh dari harapan rakyat.
Pemimpin yang lebih sibuk dengan urusan ambisi pribadi dan kelompoknya. Bahkan dalam mengangkat bawahannya hanya dari sudut pandang kroni-kroninya. Pemimpin yang seharusnya pelayan rakyat namun malah berbalik, dimana hak-hak rakyat dieksploitasi demi keuntungan diri sendiri dan kelompoknya. Dampaknya, angka kemiskinan meningkat dengan drastis, KKN merajalela. Tidak peduli apakah itu melanggar UU ataupun agama yang penting kekuasaan, popularitas, publisitas tetap terpegang aman. Inilah pemimpin di negeri ini.
Krisis kepemimpinan di era reformasi menambah panjang sederetan penderitaan rakyat, dari pemimpin yang tak mampu menampilkan dirinya sebagai pemimpin yang baik, melainkan pemimpin yang menjuruskan bangsa dalam korupsi. Pemimpin lebih terfokus memperkaya diri sendiri atau kelompoknya yang mengabaikan permasalahan pokok rakyat.
Indikasi pemimpin gagal memimpin negeri adalah adanya keamanan tidak terjaga, konflik sara tak kunjung berakhir, korupsi merajalela, tekanan terhadap luar negeri , pelayanan pendidikan, hukum keadilan, kesehatan.
Lembaga yudikatif dan legislatif Lebih cenderung melayani kepentingan eksekutif, dari pada melayani hak sepenuhnya untuk kepentingan rakyat.
Berlarutnya kekerasan di negeri ini, berharap agar lembaga penegak hukum dapat menyelesaikan konflik justru malah memunculkan ketidakadilan.
Rakyat sudah bosan dengan sosok pemimpin yang hanya mementingkan kantong kelompok dan partainya.
Pemimpin lebih peduli kepada pencitraan ketimbang rakyat. Karena pemimpin negeri ini lahir dari hasil kompromi tertutup sekelompok orang yang kemudian disodorkan kepada masyarakat. Dia ditasbihkan sebagai pemimpin tanpa pernah masyarakat diajak urun rembuk.. Institusi demokrasi negeri ini hanya memberikan ruang kepada mereka yang memiliki uang.
Kondisi-kondisi seperti itulah realita di negeri ini, sedang rakyat ingin memunculkan pemimpin bukanlah sosok yang dihasilkan dari kompromi ruang tertutup yang memiliki kualifikasi lebih baik. Namun yang disodorkan kepada rakyat tidak bergeser dari pemimpin busuk yang tidak mampu melindungi rakyat.
Negeri ini sudah menjadi negeri pribadi dan sudah dapat diprediksi siapa saja yang mendominasi negeri ini. Acuan menjadi Pemimpin bukan lagi kebaikan masyarakat melainkan keuntungan pribadi karena untuk memperoleh jabatan pemimpin penuh biaya yang sangat besar maka wajar jika saat menjadi pemimpin harus memperoleh keuntungan . di negeri ini tidak ada sesuatu yang ingin rugi.
Berdasarkan penilaian terhadap keadaan yang ada, maka tidak heran jika rakyat di negeri ini berkontribusi sumbangsih menjaga keberadaan agar tidak terjadi kesalahan dalam mewujudkan sosok pemimpin yang sanggup menunaikan amanah yang diembannya. Oleh karena itu seharusnya pemimpin bersikap baik sebab rakyat selalu menuntut pemimpin berbuat baik, karena pemimpin menjadi tempat mengadu rakyatnya baik terkait masalah pribadi maupun masalah lainnya. Rakyat tidak membutuhkan seorang pemimpin yang menyombongkan diri dan mempersulit diri ketika rakyat hendak menemuinya, sebab keadaan demikian itu dapat menimbulkan ketidakpuasan yang berimplikasi permusuhan. Akibatnya rakyat bersikap apatis karena sejumlah masalah yang dihadapi tidak mendapat perhatian yang sewajarnya. Pemimpin harus membuang sikap demikian sebab sikap tersebut tidak akan mendapat simpati rakyat.
Pemimpin yang baik adalah bersedia menerima apa yang hendak disampaikan rakyatnya..
Pemimpin negeri ini tentu bukan seorang penjilat yang suka berkhianat lompat sana lompat sini mencari untung nya sendiri yang bisa merugikan bangsa dan negara.
Negeri ini harus sudah terbebas dari pemimpin pengkhianat dan penjilat sebab perjuangan reformasi adalah untuk memperbaiki segala yang baik di negeri ini.
Seorang pemimpin harus memelihara sikap yang baik. Bukan pemimpin yang bersikap sombong, tinggi hati , cepat marah,emosinya tidak stabil dan lain-lain, melainkan pemimpin yang jujur,adil, tulus hati, ramah tamah, mengendalikan, memotivasi, membangkitkan optimisme dan lain-lainnya. Rakyat negeri ini menuntut pemimpin yang bisa mengubah kesengsaraan dan kesulitan hidup rakyat menjadi mudah.
Pemimipin dinegeri ini merasa bahwa apa yang dilakukan atau kebijakannya sudah sesuai kepentingan rakyat dan kesejahteraan rakyat. Padahal kondisi rakyat tak terpisahkan dari kebijakan pemimpinya. Ketimpangan ekonomi, pengangguran, penguasaan kekayaan oleh sekelompok orang adalah wujud ketidakadilan .
Negeri ini telah terjadi krisis kepemimpinan, apa yang terjadi berbalik total, disaat rakyat mengalami kesulitan kebutuhan hidup dasar baik sandang pangan, perumahan pendidikan dan kesehatan sebaliknya penguasa negeri ini hidup berfoya-foya menghabiskan uang negara. Kondisi ini masih diperparah dengan tuntutan kewajiban rakyat membayar pajak dan melaksanakan kebijakan pemerintah dan lain-lainnya.Tanpa diimbangi pemberian hak-haknya sebagai kedaulatannya.
Demi rakyat dan untuk rakyat itulah yang sering disampaikan pemimpin di depan khalayak umum, namun sebaliknya ketika mereka bersama kelompoknya bukanlah demi dan untuk rakyat. Rakyat menjadi tumbal ucapannya yang muluk-muluk.
Kapan negeri ini memiliki pemimpin yang dapat mengangkat derajat kehidupan rakyat itulah impian rakyat. Di negeri ini yang ada hanyalah pemimpin yang baru sebatas nama saja atau stempel, hal ini sangat kita sesalkan jika bangsa ini tidak berdaya atau mampu memiliki pemimpin yang sebenar benarnya layak sebagai sosok pemimpin.
Pemilu yang biayanya cukup tinggi dijadikan alat slogan pesta demokrasi yan tak lebih hanya untuk melegitimasi kekuasaan yang menghasilkan pemimpin busuk. Janji-janji para pemimpin tak lebih hanya untuk mencari perhatian yang selanjutnya hanya omong kosong.
Pemimpin Negeri ini hanya melahirkan segudang perasaan negatif dan ketakutan selalu membayangi kehidupan kita. Kita takut dihukum, dibunuh, diperkosa, diperlakukan tidak adil, di culik, di rampas, disiksa, ditipu, dirampok, dicuri, disandera, ditahan, dibohongi, dikhianati dan lain-lain nya. Apakah pemilu hanya menghasilkan pemimpin-pemimpin yang menciptakan negeri dalam kondisi seperti itu? Konflik ras, kesukuan, agama telah membuat rasa tidak aman demikian itu yang selalu melanda negeri ini seperti tidak ada kedamaian , kerukunan, toleransi dan ketenangan ketentraman sebagai bangsa yang ramah santun beretika, tidak ada rasa dalam sepenanggungan dan sependeritaan. Semua itu hilang akibat pemilu tidak menghasilkan pemimpin yang berarti. Dan anehnya pemimpin negeri ini merasa paling benar sendiri.
Jika pemilu di negeri ini menghasilkan pemimpin yang berani berkorban, perkataannya sesuai perbuatan dan hatinya atau tidak munafik tentu negeri ini akan mewujudkan apa yang diharapkan rakyat …..adil dan makmur. Bukan menghasilkan para pemimpin hanya terlena dengan harta dan tahta, mereka lupa pada kewajibannya sebagai sosok pemimpin.
Rakyat sadar bahwa sikap perilaku pemimpin negeri ini sering terkesan dibuat-buat seolah-olah mempunyai komitmen kerakyatan yang tinggi, padahal sikap itu bukan murni yang dimilikinya melainkan karena ada motif dibalik perilaku baiknya.
Pemimpin Laknat.
Pemimpin Sekarat , Pemimpin Sontoloyo dan pemimpin Busuk adalah Pemimpin Laknat semuanya memiliki konotasi negatif. Moralitas dan mentalitas pemimpin iini sangat jauh dari akuntabilitas, integritas dan transparansi. Pemimpin laknat mencakup ketiga ciri-ciri pemimpin tersebut .Salah satu sikap pemimpin laknat adalah tidak mau menerima masukan dari mereka yang dianggap bertentangan dengan kebijakannya. Tercermin bahwa musyawarah hanya terbatas pada kalangannya saja mesti kebijakannya tersebut menyangkut kepentingan orang banyak. Dan menganggap kebijakannya sudah benar dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat banyak dan sudah sesuai aturan meski menyengsarakan pihak yang lainnya
Persoalan yang penting adalah apakah rakyat memiliki kekuatan untuk tidak memilih pemimpin Sekarat, pemimpin Sontoloyo, pemimpin Busuk dan pemimpin Laknat ?
( Ditulis dari sejumlah sumber)