
“Hai orang yang beriman .janganlahkamumengangkattemanke- percayaandari orang di luarkalanganmu (karena) merekaakanselalu tidak henti-hentinyamenimbulkan kemudharatanbagimu dan mer- eka menyukai apa yang dapat menyebabkan kesusahan terhadapmu. Rasa kebencian mereka yang tampak dari ucapan mereka telah be- gitu jelas, sedangkan rasa kebencian yang tersimpan di dalam hati mereka jauh lebih besar. Sungguh Kami telah menerangkan tanda- tanda(permusuhan mereka) kepadamu, jika kamu menggunakan akal pikiran untuk memahaminya”. (QS Ali Imron :1.
“Akan datangsesudahkupenguasa-penguasa yang memerintahmudia- tas podium (tempatberpidato) merekamemberipetunjukdanajaranbijak- sana, tetapibilatelahturun podium merekamelakukantipudayadanpencu- rian, hatimerekalebihbusukdaribangkai” ( HR : Athobrani)
Bukan sebuah mitos jika kita menjus- tice dan membenarkan adanya pernyataan yang menjelaskan bahwa untuk menjadi pemimpin di negeri ini harus mengelu- arkan dana yang besar, dan jangan coba- coba berani mencalonkan pemimpin jika kamu miskin dan tidak mempunyai uang sedabrek.
Tanyakan kepada mereka……….. yang pernah menjabat sebagai pemimpin atau yang masih berkuasamemimpin…….. berapa banyak uang yang di habiskan saat mencalonkan. Dan jangan sok suci kemresik “ mengatakan bahwa di negeri yang demokratis ini untuk menjadi pemimpin tidak perlu uang atau dana besar, atau tidak sulit dan tidak berat bahkan sangat sederhana.!”. Jika ada pe- mimpin yang mengatakan demikian…….. adalah……… booohooong…….Munafik !. Jawab lah dengan jujur wahai pemimpin di negeri ku ini! Rakyat di negeri ini bertanya, dan jangan lah membohongi dan membodohi rakyatmu. Akan kah pe- mimpin negeri ku ini suka pembohong dan selalu mengajarkan sifat-sifat ketidak jujuran kepada rakyat nya. ?
Harus dimengerti, bahwa di negeri initidak ada segala sesuatu yang tidak bersangkut paut dengan uang, termasuk untuk menjadi pemimpin.
Uang memang sangat memegang per- an penting dalam kebutuhan hidup sehari hari . Tanpa uang hidup menjadi susah dan nafas sulit tersambung, apalagi jika mengalami sakitdan tidak ada uang, jan- gan harap bisa untuk berobat. !
Entah bagaimana keajaiban uang di negeri ini. Orang dapat terjerat hukum karena uang, dan terbebas dari jeratan hu- kum juga karena peran uang.
Jika kita mau jujur, betapa mudah mendapatkan sesuatu dengan uang, ter- masuk mendapatkan kursi jabatan pe- mimpin. Siapa pun tak akan mampu mencegak dan menghentikan, jika uang merupakan syarat mutlak menjadi pe- mimpin. Fakta demikian itu sudah men- jadi hal yang umum dan wajar. Andaikan demikian itu kebenarannya, maka betapa tidak berharganya sebuah keadilan dan kebenaran di negeri ini, jika semua dapat dibeli dengan setumpuk uang.
Memang sejumlah pihak me- nyatakan, bahwa untuk meraih keingi- nan menjadi pemimpin, banyak berbagai cara dilakukan, termasuk menghalalkan apapun asal bisa menjadi pemimpin ,baik dengan tipu daya muslihat(kelicikan), kebohongan, kecurangan, dan lain faktor uang .
U a n g menjadi penentu untuk terpilihnya sebagai pemimpin. Seperti apa terjadi saat menjelang hari H dalam pemilihan pemimpin di DKI, diwarnai kebo- brokan moral dengan ditemukanpratik money politik membagi- bagi sembako ke sejumlah tempat dengan terang-terangan yang dilakukan oleh kubu pasangan Ahok-Djarot.
Pemimpin.
Pemimpin disini bisa kepala desa, bupati/ wali kota dan wakil, gubernur dan wakil, presiden dan wakilnya, DPR, Ket- ua Partai, menteri, kepala dinas dan lain sebagainya, baik sifatnya dipilh maupun yang diangkat.
Sikap seseorang setelah terpilih men jadi pemimpin ini terkadang mengece- wakan dan menyengsarakan rakyat, sering kali kebijakannya berseberangan dengan apa yang pernah dijanjikan. Bah kan mereka berpura-pura lupa terhadap apa yang pernah dikatakan, dan- cenderung tak menepatinya. Alias hanya menggumbar seribu janji surga atau gembar-gembor tong kosong saja. Janji hanyalah tinggal janji, yang tak pernah mampu terealisasikan, itulah pemimpin negeri ini…..
Ketidakkonsistenan antara yang dijanjikan dengan yang dilakukan sangat bertentangan,meskipun itu sangat meru- gikan rakyat.
Memang seharusnya tidak hanya pe- mimpin saja yang harus jujur, dan rakyat pun saat nya harus jujur pula,berterus terang sebenar-benarnya dengan sepenuh hati dan bersikap cerdas sertatidak aprio- ri. Mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang tidak baik. Jikarakyat benar- benar tidak ingin memiliki pemimpin seperti tersebut diatas, yakni meng- inginkan negerinya berubah total kearah kemajuan di bidang materiil maupun mo- ril, maka rakyat harus berani mengambil keputusan yang cerdas, tegas, tepat, dan benar,semata-mata demi menyelamatkan negeri inidari kerakusan penguasa. Maka pilihlah pemimpin yang benar-benar me- miliki sifat-sifat kepemmpinan. Jangan- lah memilih pemimpin sekarat, pemimpin busuk dan pemimpin sontoloyo maupun pemimpin laknat.
Pemimpin Sekarat.
Presiden di Negara Sekarat, judul tu- lisan Umbu TW Pariangu dosen fisipol Undana yang di muat Media Indonesi seharusnya lebih tepat tertuliis Negeri dikuasai Pemimpin (Presiden) Sekarat , sebab mengapa menyalahkan Negara. Pasalnya, dalam tulisan tersebut tidak menunjukkan negara yang sakit hingga sekarat, melainkan yang sakit adalah rakyat, yang sudah mencapai stadium gawat darurat dan sekarat, penyebabnya adalah kebijakan-kebijakan pemimpin yang sangat menyengsarakan rakyatnya.
Dari tulisan tersebut, tercetuskan “ kepemimpinan yang miskin keteladanan, institusi pendidikan yang kian dipoilitisasi, perekonomian rakyat masih mengenaskan, negeri terpossisikan sebagai negeri terkorup. Eksistensi rakyat direnggut para kleptomania berdasi yang intensif berbagai urusan publik, dan prospek kesehatan masyarakat terpuruk yang tidak terendus oleh penguasa merupakan bukti bahwa rakyat sedang tidak berada dalam spiral perubahan menanjak lurus, melainkan makin parah dan sekarat . Seharusnya proses perubahan menunjukkan arah yang pasti, dan menuju semakin baik.